BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa
kejayaan islam mengalami puncak keemasan adalah pada masa Daulah bani
Abbasiyah, pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami
peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem
pemerintahannya. Masa keemasan yang terjadi pada masa daulah bani
Abbasiyah terjadi disaat masa kholifah Harun Ar-rasyid, dikala ia
memimpin pemerintahan tersebut semua bidang dalam pemerintahan mengalami
kemakmuran, karena adanya sistem pembayaran pajak dari hasil bumi yang
dikelola kembali untuk kepentingan rakyatnya.
Oleh
karena itu masyarakat merasakan kesejahteraan pada masa pemerintahan
Harun Ar-rasyid tersebut. Selain dari kepemipinan, kemajuan dan kejayaan
islam pada masa daulah bani abbasiyah terjadi karena adanya gerakan
penerjemahan yang dilakukan oleh orang–orang yang diutus oleh pemerintah
bahkan mendapat bayar yang besar dari pemerintahan. Berbagai buku yang
berasal dari bahasa Persia
dan yunani mulai diterjemahkan kedalam bahasa arab pada masa itu. Pada
masa itu juga lahir berbagai ahli filsafat islam seperti ibnu sina,
al–farabi, ar-raji dan berbagai ahli filsafat ilmu yang lainnya.
Para
ahli filsafat islam tersebut tidak hanya mendalami satu ilmu melainkan
keseluruhan dalam bidang ilmu, seperti kedokteran, matematika, filsafat,
astronomi dan sebaginya. Sehingga tidak aneh kalau pada masa
pemerintahan daulah bani Abbasiyah mengalami puncak keemasan dan
kejayaan. Karena dalam pemerintahan daulah bani Abbasiyah banyak silih
berganti kepemimpinan, dan hal itu juga yang secara tidak langsung yang
menyebabkan kemunduran dan kehancuran dari daulah bani Abbasiyah
tersebut. Kemungkinan besar karena kurangnya kecakapan dari pemerintah
yang memimpin negara, selain itu juga banyak pejabat pemerintahan yang
hanya mementingkan kepentingan sendiri tanpa memperhatikan kepentingan
rakyatnya, sehingga banyak terjadi korupsi dan ajang menikmati kemewahan
untuk memperkaya dirinya, akibatnya pengeluaran kas negara lebih banyak
dari pada pemasukan negara. Hingga muncullah berbagai faktor intern
maupaun akstern yang menyebabkan kemunduran daulah bani Abbasiyah hingga
akhirnya hancur.
Karena
untuk membangun kembali sesuatu yang telah terjadi adalah dengan
mempelajari sejarah sebagai cerminan untuk berhati–hati, sehingga teliti
agar dapat menghindari hal-hal yang menghambat terbangunnya itu dan hal
yang menyebabkan kehancurannya itu. sehingga kita termotivasi untuk
membangun kembali peradaban islam dan dapat membangun kejayaan islam
Pada masa sekarang.
B. Rumusan Masalah
Dalam
pembahasan makalah ini kami membahas masalah yang berkaitan dengan
sejarah peradaban islam daulah bani abbasiyah meliputi :
- Asal mula daulah bani abbasiyah
- Bentuk pemerintahan dari daulah bani abbasiyah
- Masa kejayaan dan kemajuan dari daulah bani abbasiyah
- Masa kemunduran daulah bani abbasiyah.
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk menambah pemahaman pada diri kita mengenai sejarah peradaban islam pada masa daulah bani abbasiyah
2. Untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah sejarah peradaban islam.
3. Agar
dapat memahami dan mengerti agar menjadi cerminan dari sejarah tersebut
untuk dapat membangun kembali sejarah peradaban islam pada masa kini
dan yang akan datang agar islam ini benar- benar berjaya di muka bumi
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya
Menjelang akhir daulah Umawiyah I, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut Ali dan Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelnggaran terhadap ajran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara terang-terangan.
Oleh
karena itu, logis kalau bani Hasyim mencari jalan keluar dengan
mendirikan gerakan rahasia untukmenumbangkan daulah Umawiyah. Gerakan
ini menghimpun:
a) Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpinnya Abu Salamah;
b) Keturunan Abbas (Abbasiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Iman;
c) Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany.
Mereka
memusatkan kegiatannya di Khurasan. Dengan usaha ini, pada tahun 132
H/750 M tumbanglah daulah Umawiyah dengan terbunuhnya Marwan bin
Muhammad, khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan mulailah berdiri
daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah pertama, Abdullah bin
Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136
H/750-754 M.
Peradaban
islam mengalami kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah, mulai dari
perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju karena adanya penerjemahan
naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab,
didirikannya perpustakan Bait Al-Hikmah dan terbentuknya ilmu
pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir.kemajuan
peradaban Abbasiyah sebagian disebabkan oleh stabilitas politik dan
kemakmuran ekonomi kerajaan ini. Pusat kekuasaan daulah bani Abbasiyah
berada di Bagdad. Daerah ini merupakan
tempat bertumpu pada pertanian dengan sistem irigasi dan kanal di sungai
Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai Teluk Persia perdagangan juga
menjadi tumpuan kehidupan masyarakat Bagdad yang menjadi kota transit
perdagangan antara wilayah Timur dengan wilayah Barat, sebelum
ditemukannya jalan laut timur Tanjung Harapan di Afrika selatan. Wilayah
kekuasan ini membentang sepanjang 6500 km dari sungai Indus di India
sampai keperbatasan barat Tunisia Afrika Utara, sedangkan sebelah barat
seluas 3000 km.
Penduduk
daulah Abbasiyah terdiri dari berbagai etnik dan suku bangsa yang hidup
diwilayah yang memiliki cuaca dan kondisi geografis yang sangat
berbeda. Pemerintahan pada masa kekholifahan Daulah Abbsiyah dibagi pada
masa :
- Al-Syafah ( 749 – 754 )
- Al-Mahdi ( 775 – 785 )
- Harun Al-Rasyid ( 786 – 809 )
- Al-Ma’mun ( 813 – 833 )
- Al-Wathiq ( 842 – 847 )
- Al-Mansur ( 754 – 775 )
- Al-Hadi (785 – 786 )
- Al-Amin ( 809 – 813 )
- Al-Mu’tashim ( 833 – 842 )
- Al-Mutawakil ( 847 – 861 )
Ada beberapa hal yang menyebabkan gerakan revolusi abbasiyah berhasil mendapat dukungan diantaranya:
- Banyak kelompok umat yang tidak mendukung kekuasan Bani umayah yang korup, sekuler dan memihak sebagian kelompok. Abu al-Abbas yang menggerakan roda revolusi ini menggunakan ideology keagamaan untuk meruntuhkan legitimasi kekuasaan Bani Umayyah. Isi dari legitimasi keagamaan untuk menggantikan Bani Umayyah dalam memimpin umat islam.
- Dia memuji dan membela islam serta bersyukur pada Tuhan. Kemudian dia berbicara mengenai keluarganya sendiri, bahwa ketakwaanya dan kedekatan kekerabatannya dengan Nabi Muhammad. Argumentasi ini sangat menarik dukungan terutama dari kalangan Syi’ah yang percaya bahwa kekhalifahan adalah hak keluarga Nabi Muhammad.
- Propaganda politik Abbasiyah adalah mengenai pembagian kekayaan negara yang adil sebagaimana yang dijalankan pada masa Khulafa Rasyidin sebelum Bani Umayyah memonopoli kekayaan ini. Menurut propaganda ini, menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah diperintahkan oleh agama karena komitmen mereka dalam menegakan syariat Islam sangat rendah. Bani Abbas meyakinkan para pendukungnya bahwa Bani Umayyah tidak memerintah umat berdasarkan ajaran Muhammad Rasulullah memberontak terhadap kekuasaan Bani Umayyah tidak hanya hak bagi setiap umat tetapi juga kewajiban.
- Suporter gerakan Abbasiyah yang utama dalam menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah adalah para mawali keturunan Persia yang tingal di wilayah khurasan. kekuatan tentara dan senjatalah yang menentukan dalam menggulingkan imperium bani umayah yang masih memiliki pasukan yang kuat. karena itu abu al-abbas sengaja merekrut orang orang khurasan yang di kenal sangat kuat, pemberani dan ahli strategi perang sebagai tulang pungung kekuatan militernya,[1] sukses berkat organisasi tentara yang di persenjatai dan diorganisi dengan baik. Abu muslim al khurasan dapat mempersatukan dan memimpin pasukan yang terdiri dari orang orang arab dan non–Arab yang di perlakukan setara. Pasukan abbasiyah menghacurkan kekuatan kholifah umayah terahir , Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri kemesir sebelum terbunuh didesa busir pada bulan agustus 750. kholifah abbasiyah mengangap kekuasaannya berasal dari tuhannya (divine origin) dan menjadi penuntun yang benar bagi masyarakat muslim. Sehingga banyak para kholifah yang menjadi pelindung para ilmuan dan ulama.[2]
B. Bentuk Pemerintahan
1. Khalifah
abbasiyah pertama Abu al-Abbas Abdulloh bin Muhammad As–saffah di
umumkan di masjid agung di khufah pada 132 H 749 M. As–saffah dalam
pemerintahannya ia melakukan:
a) Sang penumpang darah dengan dukungan dari paman pamannya berusaha membersihkan sisa-sisa kekuatan Bani umayyah.
b) Revolusi
sosial dan politik ini dilakukan untuk mereformasi dinasti umayyah agar
sesuai dengan ajaran murni islam. mereka menggulingkan kekuasaan daulah
Bani umayyah yang di anggap korup, dekaden, otoriter dan sekuler.[3]
c) Wilayah
timur imperium, khurasan, belum sepenuhnya dapat di kontrol pemerintah
pusat tetapi masih di kuasai secara otonomi oleh gubernur Abu muslim.
ketika as–saffaah meningal pada 134 H/751 M. Pemerintah abbasiyah di
bawah kendali adiknya.
d) Abu
jafar abd alloh bin Muhammad Al–mansur ( 709-813 ) setelah dapat
mengalahkan pamannya Abdallah bin ali yang berusaha juga menjadi
kholifah.
2. Pemerintahan Masa Al – Mansur
a) Dikatakan sebagai tahun perjuangan dan konsolidasi kekuasaan abbasiyah.
b) Visi politik dan pendekatan pragmatis khalifah sangat berperan dalam menjaga stabilitas pemerintah.
c) Merupakan
Tulang punggung kekuatan Abbasiyah. Al–mansur meningal karena sakit
dalam suatu perjalanan haji kelima bersama rombongan keluarga dan
pembesar abbasiyah dalam usia sekitar 65 tahun setelah memerintah selama
lebih dari 21 tahun.[4]
d) Pengangkatan wazir sebagai koordinator departemen.[5] wazir pertama adalah khalid ibnu barmak yang berasal dari Persia.
e) Membentuk protokol negara, sekertaris negara, kepolisian negara, disamping angkatan bersenjata dan lembaga kehakiman negara.[6]
3. Pemerintahan Al–mahdi
a) Sangat populer karena lebih lunak pada lawan politiknya, lebih dermawan dan lebih berperan dalam membela islam.
b) Khalifah yang bernama Abu abdulloh Muhammad, abdulloh ini sejak usia 15 tahun telah ikut memimpin pasukan di medan peperangan.
c) Perubahan penting terjadi fraksi politik khurasan dan sekelompok militer mulai menjadi saingan keluarga keturunan abbas.
d) Sebagian
kalangan biroksi seperti secretariat kerja ( kuttab ) mulai menjadi
kelompok lain. Orang–orang non arab berasal dari budak yang telah di
merdekakan.
e) Sebelum
meningal Al – mahdi telah mempersiapkan dua anaknya, Al – hadi dan
Harun al – rasyid, untuk bergiliran mengantikan kekuasaanya, mereka
dilatih untuk ikut aktif mengurus jalannya pemerintah dan sesekali
memimpin pasukan di medan pertempuran. Alasan al – mahdi mengangkat dua
orang putra mahkota adalah agar kekuasaan abbasiyah tetap di tangan
keluarga keturunan Al – abbas. Setelah al –mahdi meningal, putra mahkota
pertama yaitu al – hadi.
4. Pemerintahan di masa Al – Hadi.
Dalam
pemerintahan dia mengedalikan kerajaan dengan keras, sesuai dengan
karakternya yang kasar dan mudah tersinggung. Al – hadi kurang
menghargai orang orang non arab ( mawali ) dan kelompok syiah yang dulu
menjadi tulang pungung kekuatan revolusi abbasiyah. Ia melangar
keputusan ayahnya yang mengangkat saudaranya, harun untuk mengantikan
tahtanya setelah meningal dengan mengangkat anaknya sendiri ja’far,
sebagai putra mahkota akan tetapi dia meninggal secara tiba–tiba,
sehingga semua yang direncanakan gagal.
5. Pemerintahan Harun Al-Rasyid
a) Dengan
gelar Al - rasyid ( yang terbimbing ), Abu ja’far harun bin Muhammad
menjadi khalifah abbasiyah keempat pada 15 september 786, merupakan
khalifah yang berhasil.
b) Pada
masa pemerintahan ini, kondisi kerajaan terlihat lebih damai dengan
kekayaan yang berlimpah ruah. Perkembangan peradaban juga sangat tinggi
c) Dia
sangat dermawan terutama pada para penyair dan penyanyi yang memujanya.
Namun, dia cenderung mengabaikan urusan keseharian yang diserahkan
sepenuhnya pada para menterinya seperti keturunan barmak dan ibn
al-rabi’.
d) Hanya dalam dua bidang ia terjun langsung yaitu memimpin pasukan yang diarahkan kedaerah kekuasaan Byzantium diwilayah bagian barat imperium Abbasiyah dan mengatur urusan administrasi.
e) Daerah taklukan. Untuk itu, Khalifah Harun al Rasyid membangun angkatan laut dan menekuni administrasi keuangan.
f) Dermawan terhadap para penyair, perempuan, dia masih banyak meninggalkan banyak harta setelah meninggal.
Harun
al-Rasyid menyiapkan dua anaknya untuk menjadi putra mahkota yaitu
Muhammad atau al-amin yang dihadiahi wilayah Abbasiyah bagian barat dan
Abdullah atau al-ma’mun yang diberi otonomi yang luas untuk mengatur
wilayah Abbasiyah di bagian timur. setelah mengambil sumpah kedua putra
mahkota di depan kabah untuk tidak saling berperang, Harun al-rasyid
masih menjabat sebagai khalifah sampai sekitar enam tahun yang merupakan
periode anti klimaks. Karena sakit dan kelelahan ketika memimpin
ekspedisi perang kedaerah khurasan, ia meninggal pada 809 m dengan
meninggalkan api dalam sekam.
Harun
al-Rasyid adalah khalifah yang banyak memanfaatkan kekayaan negara
untuk keperluan sosial seperti: mendirikan rumah sakit, Lembaga
pendidikan kedokteran dan lembaga pendidikan farmasi, serta pemandian
umum. bahkan memiliki sekitar 800 dokter.
Pada
masa Harun al-Rasyid, institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah (Hasanah
kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian
Sejak 815 M.
6. Pemerintahan Al - Amin
Putra
mahkota tertuanya dari Al- rasyid, Al - amin tidak bersedia membagi
kekuasaanya dengan saudaranya al-mamun dengan mengangkat anaknya sendiri
yang masih kecil menjadi putra mahkota dan perang saudara pun tak
terelakan lagi.[7]
7. Pemerintahan Al- Ma’mun.
Kekuatan
Al-Ma’mun bertumpu pada dua pondasi yaitu keluarga Tahir yang telah
berjasa mengalahkan pasukan Al-Amin ,dan saudara Al-Ma’mun sendiri, Abu
ishaq yang kemudian dikenal dengan Al-Mu’tasim. pada 827 al-Ma’mun
memindahkan pusat kekuasaannya dari wilayah timur ke Bagdad.
Dia juga berusaha memperkokoh pemerintahan dengan berusaha mengakhiri
pemberontakan dan menguasai kembali pemerintahan propinsi. Dia mengubah
nama khizanat al- hikmah menjadi Bayt Al- hikmah yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan buku – buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantum, Etiopia dan India. Di bayt Al- hikmah juga terdapat observatorium astronomi untuk meliputi perbintangan.
C. Kemajuan pada masa Daulah bani Abbasyiah
Kemajuan yang terjadi pada masa daulah bani Abbasiyah disebabkan oleh dua hal:
a) Terjadinya
Asimilasi antara bangsa- bangsa arab dengan bangsa lainyang terlebih
dahulu mengalami perkembangan dalam bidang pengetahuan.Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa–bangsa itu memberi
saham tertentu dalam perkembangan agama islam, pengaruh dari Persia sangat kuat yaitu dalam bidang pemerintahan, selain itu juga dalm bidang perkembangan ilmu, filsafat dan sastra.[8] Pengaruh dari India telihatdalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan Astronomi.[9]
b) Sedangkan pengaruh dari yunani masuk melalui terjemahan – terjemahan dalam bidang ilmu, terutama filsafat.
Kemajuan
dalam bidang terjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada
masa kholifah Al- mansur hingga harun ar- rasyid. Pada fase ini yang
banyak diterjemahkan adalah karya – karya dalam bidang astronomi (
mathiq ). Fase kedua masa kholifah Al- ma’mum hingga tahun 300H. buku –
buku yang diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran.
Fase ketiga berlangsung pada masa setelah 300 H terutama setelah adanya
pembuatan kertas. Bidang – bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas.[10]
1. Gerakan Penerjemahan
Pada
awal penerjemah, naskah yang diterjemahkan dalam bidang astrologi,
kimia dan kedokteran.kemudian,naskah-naskah filsapat karya Aristoteles
dan plato jugu diterjemahkan .Dalam masa keemasan, karya yang
diterjemahkan kebanyakan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti
kedokteran.Namun karya-karya puisi, drama cerpen dan sejarah jarang
diterjemahkan karena bidang ini dianggap kurang bermanfaat dan dalam
bahasa Arab sendiri.
Upaya besar-besaran untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip berbahasa asing terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah.
Pelopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansur yang juga membangun ibukota Baghdad. Dia mempekerjakan orang- orang Persia yang baru masuk islam, seperti Nawbaht, Ibrahim al-fazari, dan Ali Ibn Isa untuk menerjemahkan karya-karya berbahasa Persia dalam bidang Astrologi ( ilmu perbintangan ) yang sangat berguna bagi kafilah dagang baik melalui darat maupun laut.
Sehingga gerakan penerjemahan itu mempengaruhi terhadap beberapa disiplin ilmu diantaranya yaitu:
a) Ilmu
pengetahuan umum terutama dalam bidang filsafat, astronomi, kedokteran,
kimia dan sejarah. Dalam bidang astronomi yang terkenal adalah Al-
faraji sebagai Astronom islam pertama kali menyusun astrolobe. Dalam
lapangan kedokteran dikenal nama Al-Razi dan Ibn Sina.
b) Dalam
bidang optika Abu Ali A-Hasan ibn Al-Haythami, yang di Eropa dikenal
dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat
bahwa mata mengirim cahaya kebenda yang dilihat. Dia berpendapat bahwa
logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau
perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
c) Dibidang
matematika terkenal nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi,yang juga
mahir dalaam bidang astronomi.Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata
“aljabar” berasal dari judul bukunya, al-jabar wa al-Muqobalah.[11]
d) Dalam bidang sejarah terkenal nama Al-Mas’udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi dan lain-lain.
2. Perkembangan dalam Ilmu Agama
a) kalam mu’tazilah yang di gunakan sebagai madhab resmi negara pada masa pemerintahan Al –ma’mum
b) Hadis
dan fiqih, ulama yang terlahir pada masa daulah bani Umayah dan
meninggal pada masa daulah bani Abbasiyah adalah Abu hanifah karyanya
adalah Al- fiqh al- akbar.[12]
3. Dalam Bidang Pendidikan.
Pendidikan dibagi dalam dua tingkat[13] yaitu:
a) Makhtab
atau kuttab dan masjid yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat
anak–anak mengenal dasar–dasar bacaan, hitungan dan tulisan, tempat para
remaja belajar dasar–dasar ilmu agama seperti tafsir, fiqih, hadis dan
bahasa.
b) Tingkat
pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa ahli dalam bidangnya
masing–masing.
Dengan
berkembangnya lembaga pendidikan kemudian berkembang pula perpustakaan.
Perpustakaan pada waktu itu merupakan sebuah universitas, karena
disamping terdapat kitab- kitab disana juga dapat membaca, menulis dan
berdiskusi.
4. Dalam Bidang Tafsir
Sejak
awal telah dikenal dua metode penafsiran pertama, tafsir bi-Al-matsur
yaitu interpensi tradisional dengan mengambil interpretasi dari nabi dan
para sahabat. Kedua tafsir bi al-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih
banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan
pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa bani
Abbas , akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir bi al-ra’yi ( tafsir
rasional ) sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan
ilmu pengetahuan.
5. Baitul Hikmah dan Observatorium
Baitul
Hikmah adalah suatu lembaga yang dikembangkan oleh al-ma’mun, Baitul
Hikmah dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan
buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium dan bahkan Etiopia dan India.
Di bawah kekuasaan al-Ma'mun, Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi
sebagai perpustakan tetapi sebagai pusat studi dan riset astronomi dan
matematika.
6. Perkembangan Ekonomi.
Ekonomi
imperium Abbasiyah digerakan oleh perdagangan.Kebutuhan pokok dan mewah
dari wilayah timur imperium diperdagangkan dengan barang-barang dari
hasil wilayah barat.Dikerajaan ini,sudah terdapat berbagai macam
indrustri seperti kain linen di mesir,sutra dari syiria dan irak,kertas
dari samarqand,serta berbagai produk pertnian seperti gandum dari mesir
dan kurma dari Iraq.
Hasil-hasil
indrustri dan pertanian ini diperdagangkan keberbagai wilayah kekuasaan
Abbasiyah dan negara lain. Karena indrustrialisasi yang muncul di
perkotaan ini, urbanisasi tak dapat di bendung lagi. Perdagangan barang
tambang juga semarak. Emas yang di tambang dari Nubia dan sudan barat (termasuk wilayah yang kini bernama Mali dan Niger) melambungkan perekonomian Abbasiyah.
D. Kemunduran Daulah Bani Abbasiyah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan pada masa Daulah Bani Abbasiyah diantaranya yaitu :
1. Persaingan Antar Bangsa
Khalifah abbasiyah didirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatar-belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu
pada masa bani umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelalah
khalifah abasiyyah berdiri, dinasti bani abbas tetap mempertahankan
persekutuan itu.
Meskipun demikian orang-orang persia tidak merasa puas, Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia
pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir
ditubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah
bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain
itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas,
melalui berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syaria,
Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit.
Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut
elemen-elmen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya,
disamping fanatisme kearaban, fanatisme keakraban muncul juga fanatisme
bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu’ubiyah.
Kebangsaan
ini tampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para
kholifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak–budak bangsa Persia
atau Turki dijadikan tentara atau pegawai.mereka diberi nasab dinasti
dan mendapat gaji. Oleh bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba.
Sistem perbudakan ini telah memepertinggi pengaruh bangsa Persia
dan Turki bangsa. Karena jumlah kekuatan mereka yang besar, mereka
merasa bahwa negara adalah milik mereka, mereka mempunyai kekuasaan atas
rakyat berdasarkan atas kekuasaan kholifah.[14] Kecenderungan masing- masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal kholifah Abbasiyah berdiri.
2. Kemerosotan Ekonomi
Pada
periode pertama, pemerintahan Abbasiyah merupakan pemerintahan yang
sangat kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar hingga Bait
Al- mal penuh dengan harta.[15] Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari Al- kharaj semacam pajak hasil bumi.
Setelah
kholifah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara mulai menurun,
sementara pengeluran meningkat lebih besar. Hal itu terjadi karena makin
menyempitnya wilayah kekuasan, banyak terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat, diperingankannya pajak dan banyaknya dinasti –
dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak membayar upeti lagi.
Sedangkan pengeluaran negara terus membengkak karena kehidupan para
kholifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran pun makin beragam
dan para pejabat banyak melakukan korupsi.
3. Konflik Keagaman
Munculnya
gerakan yang dikenal dengan gerakan zindiq adalah mengoda rasa keimanan
para kholifah. Al-mansur mencoba memberantasnya, Al- mahdi mendirikan
jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang zindiq dan melakukan
mihnah untuk memberantas bid’ah.[16]
Akan tetapi, semua kegiatan itu tidak menghenghentikan kegiatan mereka.
Konflik antara kaum beriman dengan dengan golongan zindiq berlanjut
mulai dari bentuk yang sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai
kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah seperti gerakan yang
dilakukan oleh Al-afsyin dan Qaramithah.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak bersembunyi dibalik ajaran syiah sehingga banyak yang bersifat ghulat ( ekstrim )
dan dianggap menyimpang dari ajaran syiah. Konflik yang dilatar
belakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik,
atau ahli sunnah dengan syiah.
4. Ancaman dari Luar
Kehancuran
daulah bani Abbasyiah ini terjadi tidak hanya dari faktor intern
tertapi juga dari faktor ekstren. pertama, perang salib yang berlangsung
beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. kedua
serangan tentara mongol ke wilayah kekuasaan islam . sebagaimana telah
di sebutkan , orang – orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut
berperang setelah paus Urbanus 11 (1088-1099M) mengeluarkan fatwanya .
Perang itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang kristen yang
berada di wilayah kekuasaan islam.Namun , di antara komunitas-komunitas
Kristen timur hanya Armenia dan manorit Lebanon yang tertarik dengan perang salib dan melibatkan diri dalam tentara salib itu.[17]
Pengaruh
salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa
hulagu khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci islam karena ia
banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian.
Gereja-gereja Kristen berasiosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti
islam itu dan diperkeras dikantong-kantong ahli al-kitab. Tentara
Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat islam, ikut memperbaiki
yerussalem.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Peradaban
islam mengalami kejayan pada masa daulah bani abbasiyah, pada waktu itu
berbagai bidang mengalami kemajuan mulai dari bidang politik, ekonomi,
pendidikan dan lain sebagainya. Kemajuan pada waktu itu tidak hanya
semata oleh jasa para kholifah yang memimpin pemerintahan yang dengan
bijaksana, tetapi karena dukungan dari masyarakat sendiri yang hidup
pada masa pemerintahan tersebut.
Kemajuan
pada waktu itu disebabkan pula adanya gerakan penerjemahan yang
dilakukan dari masa–kemasa pada saat pemerintahan daulah bani abbasiyah.
Penerjermahan yang dilakukan ini oleh sebagian kholifah diberi bayaran
yang sangat besar sekali, buku-buku yang diterjemahkan biasanya berasal
dari bahasa Persia, yunani dan bangsa eropa, buku-buku tersebut
diterjemahkan kedalam bahasa arab dan pada masa ini pula pertama kalinya
dibangunkan perpustakan yang diberi nama Al – hikmah yang digunakan
untuk membaca, menulis, berdiskusi dan sebagai tempat riset pada waktu
itu.
Kemajuan
pada saat itu juga melahirkan beberapa ahli filsafat islam seperti ibnu
sina, al-farabi, ar-razi dan yang lainnya, yang ahli dalam berbagai
bidang misalnya kedokteran, astronomi, filsafat, astrologi dan
matematika dan lain sebagainya yang membangun kemajuan islam pada masa
itu.
Karena
kehidupan didunia ini tidak ada yang abadi begitu juga dengan
pemerintahan bani abbas ini, setelah mengalami kejayaan akhirnya dalam
berbagai bidang. kini tiba saatnya juga untuk mengalami kemunduran yang
dilakukan oleh para pemerintahannya sendiri yang tidak lagi
memperhatikan keadaan rakyatnya tetapi lebih mementingkan kepentingan
sendiri, penerintahah banyak melakukan korupsi dan memperkaya dirinya
sendiri sehingga pengeluran negara bertambah sangat banyak. Sehingga
mulailah perekonomian pada saat itu merosot, selain dari faktor intern
juga ada beberapa faktor yang datangnya dari luar seperti telah
dipaparkan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik; perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Armstrong, Karen. Islam: A Short History;sepintas sejarah Islam. Surabaya: Ikon Teralitera, 2004.
Madjid, Nurcholis. ed; Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Nasr, Hosein. Sains dan Peradaban di dalam Islam. Bandung: Pustaka, 1986.
Ahmad, Zaenal Abidin. Sejarah Islam dan Ummatnya. Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Jilid II, IV, V.
Departemen Agama Republik Indonesia. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1997. Volume I, II, III.
[1]
Roberto marin - Guzman, popular dimensions of the ‘abbasid revolution, a
case study of medieval Islamic social histori, ( cambride, Massachusetts : fulbright – laspau , 1990) , hal. 89 – 91 .
[2] lapidus A Histori of Islamic ,hal 87
[3] hugh kennedy, the early Abbased caliphate, a political Histori, ( London :croom helm,1981) hlm.
[4] Ibid hal.93.
[5] ibid hal 51; Harun Nasution ,islam ditinjau dari berbagai aspek,( Jakarta; ui – press 1985 ),j.h.67.
[6] Badri yatim,loc.cit.
[7]ibid hal. 115 - 133
[8] Ahmad amin, dhuha al- islam jilid I ( kairo: lajnah Al- Ta’lif wa Al- nasyr, tanpa tahun ) hal.207.
[9] ibid hal. 177 – 178.
[10]Ibid. hal.288 – 290.
[11] Ibid.hlm.88.
[12]
Kitab ini telah dikomentari oleh sejumlah ulama.lihat mudin al – Muhy
al-din Muhammad ibnu baha al- din al- qawl al- fashi syarh al- fiqh al-
akbar li al-imamal-Azam abi hanifah ( turki : Maqtabah Al- haqiqah 1998 )
[13] Hasan ibrahim hasan ,op.cip.hlm.129
[14] Ahmad Amin, dhuha al – islam, jilid I ( kairo lajnah Al- Ta’lif wa Al – Tarjamah wa Al- Nasyr, tanpa tahun) hal.21
[15] Philip k..Hitti. loc.cit.
[16] Philip k..Hitti. loc.cit.
[17] nurkholis mazid khajanah intelektual islam ( Jakarta : Bulan Bintang,1984), hal.35